Clap Your Hands Say Yeah and Raise Your Heart: Darryl Wezy

Clap Your Hands Say Yeah and Raise Your Heart: Darryl Wezy

Perbincangan hangat membahas dibalik terciptanya sebuah karya seni dalam bentuk musik “underrated” yang menurut kami ini adalah mahakarya jujur dan sangat pantas menjadi tolak ukur musik tanah air. Darryl Wezy merilis Album Maze of Fears” di Jepang pada tanggal 23 April melalui label Production Dessinee 

 

A. Yang melatarbelakangi menciptakan sebuah karya (musik)
W. Untuk melawan kesepian dan kecemasan, saya biasa mengatasinya dengan menyendiri dengan menulis lagu. Apapun itu temanya, musik-musik yang saya ciptakan kebanyakan menceritakan apa yang saya resahkan, bahkan peperangan dan keretakan dalam pertemanan yang disebabkan oleh pandangan politik yang berbeda sekalipun.

A. Seberapa besar peran musik Wezy?
W. Musik bisa mendefinisikan diri saya seutuhnya sehingga perannya sangat besar dalam hidup saya. Sesuatu yang bisa mendefinisikan siapa kita, sudah sepatutnya bisa menyelamatkan kita. Dan musik menyelamatkan hidup saya mulai dari hal kecil seperti kebosanan sampai kepada hal besar seperti kecenderungan ingin mengakhiri hidup.

Musik dapat menyelamatkan kita. -Darryl Wezy


A.Why Japan?
W. Esensi dari musik adalah emosi dan saya menemukan fakta bahwa Jepang salah satu negara di mana pendengar musiknya cenderung menyukai musik dari emosi yang dibentuk di tiap lagu dan detail suara dari aransemennya. Kebetulan, jenis musik yang saya bawakan (mungkin) cocok bagi sebagian market musik di sana. Di samping itu, anehnya Jepang adalah salah satu negara yang sangat saya dambakan sejak kecil jika saya menjadi musisi dan memiliki sebuah album, saya bermimpi bisa dijual di sana. Dan itu terwujud di tahun 2013 lalu.

A. Tell us the beauty of We Are The Stars. It’s so amazing.
W. Thanks for your thoughts, so glad that you like it! We Are The Stars adalah lagu kesebelas yang menjadi penutup di album pertama saya, Maze of Fears. Proses rekamannya paling simpel di antara yang lainnya karena hanya dua kali take pada masing-masing instrumen dan vokalnya. Di sisi lain, liriknya menceritakan tentang remaja yang merasa disisihkan karena dia dianggap pecundang, namun dengan keyakinan dan kerendahan hatinya, dia bisa menguasai rintangan-rintangan yang ada. Cukup emosional, ya? Lagu itu ditulis saat saya berumur 15 tahun, karena saya masih merasakan pasca trauma pengalaman di-bully saat SMP. Saat itu, lagu We Are The Stars benar-benar berhasil membuat saya berubah menjadi orang yang supel dan lebih bersosialisasi, sampai sekarang.

A. Rencana kedepan Darryl Wezy?

W.

  • Menyembuhkan kesehatan saya yang kini sedang melawan penyakit Anxiety Disorder dan Psikosomatis
  • Merilis single ketiga di akhir Januari 2019
  • Mencari gigs lagi
  • Merilis single keempat dan album kedua di tahun 2019