Eksistensi Reggae di Indonesia

Eksistensi Reggae di Indonesia

Siapa yang tak kenal dengan Robert Nesta Marley atau yang juga dikenal dengan sebutan Bob Marley. Ia adalah seorang penyanyi, musisi, dan penulis lagu, Bob juga merupakan duta dunia musik Reggae.

Pria kelahiran 6 Februari 1945 di St. Anne, Nine Mile, Jamaika ini juga dikenal dunia karena keyakinannya yang kuat pada gerakan ‘Rastafara’, selama kariernya ia mampu menghabiskan penjualan lagu lebih dari 20 juta kopi. Ia juga banyak memberi inspirasi bagi musisi reggae di negara-negara lain, termasuk musisi Indonesia.

Di samping itu, pada era 70-an hingga 90-an merupakan kejayaan bagi industri musik dunia. Antusiasme masyarakat untuk menyaksikan musisi idolanya di setiap panggung konser terbilang tinggi. Namun saat ini mungkin konser off air sudah jarang ditemui, kalaupun ada mungkin juga karena dipicu permintaan dari penyelenggara event dan sponsor.

Hal ini mungkin juga berdampak pada eksistensi musik reggae. Namun bisa dibilang aliran ini adalah yang tidak akan pernah mati bagi pecintanya.

“Reggae akan semakin kuat, karena perkembangan musik reggae tidak mengenal waktu. Regenerasinya terus berkembang dengan beat dan hentakannya selalu membuat pendengarnya ingin bergoyang. Bahkan sampai saat ini band band reggae semakin menjamur dan seiring hal tersebut event-event reggae pun semakin marak diadakan diberbagai daerah, hal ini yang menjadikan musik reggae terus bertahan di Indonesia”, ujar Dellu Uye melalui pesan singkatnya kepada mazzeup.com.

Dellu juga mencontohkan melalui event yang sudah pernah diselenggarakannya hingga belasan kali.

“UYEEESOUND yang diselenggarakan Uyeee Channel saat ini telah berjalan hingga volume 17, perkembangan antusias penonton begitu signifikan yang awalnya hanya puluhan orang sekarang bisa mencapai ribuan orang yang menyaksikannya dan membuat kapasitas tempat tidak menampung massa”, terangnya.

Pada era digital ini menyebabkan kemudahan akses penyebaran informasi dengan mudah. Hal ini menjadi faktor yang memudahkan komunitas-komunitas reggae untuk mendalami perkembangan musik reggae, khususnya di tanah air.

“Segala sesuatunya mudah diakses seperti sumber informasi yang membuat komunitas reggae untuk mengetahui perkembangan reggae, informasi event, hingga kemunculan band-band reggae pendatang baru. Ini yang menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan musik reggae,” tambahnya.

Lixii sebagai vocalin dari Flava Vibration yang merupakan band reggae pendatang baru juga menyatakan bahwa “Reggae salah satu musik yang eksistensinya berada di tengah-tengah, bisa naik sampai populer dan jika jatuh musik ini hanya sampai tengah saja. Tidak mungkin jatuh sampai bawah, apalagi sampai mati”.

“Banyak generasi baru yang hadir dengan warna yang baru, bisa dikatakan mereka hadir dengan gebrakan yang kuat, contoh Conrad Goog Vibration yang berani tampil dengan karakter ‘Raga’ (gaya rapper khas Jamaica), contoh lain ada Skastra yang berani tampil dengan sentuhan jazz. Itu salah satu perkembangan yang harus di apresiasi menurut gue”, tutup Lixii.

Leo, gitaris RastaIn Peace juga ikut memberi komentarnya bahwa “Atmosphere tiap wilayah tentunya berbeda-beda, tapi jika ada event yang sedang berlangsung pasti akan selalu ramai”.

Berbeda dari beberapa pernyataan di atas. Ras Muhamad lebih memilih fokus ke karir dan karya, berdasarkan pantauannya bagi pendatang baru cukup baik. “Fokus gue sih lebih ke karir dan karya-karya sendiri aja. Gue pantau buat yang baru-baru oke lah”, ujar Ras Muhamad, Duta Reggae Indonesia.

Don’t worry about a thing, cause every little thing is gonna be alright. Demikian penggalan lirik dari lagu berjudul Three Little Birds, Bob Marley.