Walaupun kedengaranya aneh dalam bahasa Indonesia, tetapi begitulah arti sebenarnya dari Chanoyu yang merupakan tradisi tradisional dari Jepang. Kami berkesempatan untuk bertemu secara langsung dengan Kuniro Pohan dan Suwarni Widjaja yang merupakan sesepuh dari Urasenke Tankokai Indonesia Association.
Berkerjasama dengan Pantjoran Tea House, kita bersama sama belajar menjadi tamu dan membuat teh dalam Chanoyu ala Urasenke. Tidak dalam ruang tatami seperti doraemon, tetapi memang sudah dalam budayanya bahwa setiap barang yang digunakan dalam pembuatan teh ini merupakan bagian dari hidup yang perlu diperhatikan. Setiap gerakan dan prosesi dalam Chanoyu atau Chado ini memiliki harmonisasi dan makna tersendiri, ada gerakan cepat, lambat, berulang, dan cantik (mungkin karena wanita yang membuat ya.. hehe).
Cara meminum teh ini sangat unik, mangkok teh harus diputar dua kali searah jarum jam sebelum diminum. Harus diminum sampai habis (ya tapi santai aja minumnya), lalu dibagian akhir baiknya menghasilkan suara menyeruput untuk menghargai pembuat teh. Setelah selesai, kembalikan memutar dua kali lagi mangkok tehnya hingga ke posisi semula. Upacara yang terkesan kaku ini memang memiliki keluwesan dalam makna, karena arti dari adanya chanoyu adalah membuka hati. Mungkin cocok buat mazzers yang lama jomblo (peace).
Membuat matcha ini juga bukan main main saja mazzers, sulit. Gerakan tangan harus melebar dan mengaduk secara horizontal di mangkuk, secara cepat. Sulitnya adalah menggunakan bamboo brush yang kalau kita lihat sulit, padahal tidak boleh kena bagian bawah mangkuk. Bayangkan kamu mengaduk air dan teh bubuk, harus cepat tapi tidak ada panduan dasar mangkuk. Kalau kita sih pegal pegal sedikit mazzers.
Thinking of joining and trying making your own matcha ceremony?
Text/Photo : @sevencrow