S e l a n g [sepekanpulang] – A State of Peace #Ruteng

S e l a n g [sepekanpulang] – A State of Peace #Ruteng

Pertama kali saya melihat Wae Rebo adalah melalui foto-foto di penelusuran gambar Google ketika mencari informasi destinasi wisata kota Ruteng. Dikuasai perasaan subyektif, saya menyematkan gelar pada Wae Rebo, sebagai “Macchu Picchu-nya Indonesia”. 

Ketika menghabiskan dua hari satu malam di Negeri Atas Awan itu, hidup seperti penduduk lokal, saya merasakan suka-duka mereka. Kedekatan yang tenteram dengan alam memang merupakan kebahagiaan terbesar. Terlebih, saya salut dengan keharmonisan masyarakatnya. Mereka memiliki hunian yang sama, tujuh buah rumah Mbaru Niang yang persis seragam, masing-masingnya dihuni bersama-sama oleh 6 hingga 8 keluarga. Mereka juga punya mata pencaharian dan sumber daya yang sama, berupa lahan-lahan perkebunan kopi dan kayu manis. Bahkan, halaman rumah mereka adalah satu bidang datar yang sama di tengah-tengah desa, digunakan untuk menjemur kopi pada siang hari dan sore harinya untuk tempat berkumpul serta dijadikan lapangan bermain bola oleh anak-anak Wae Rebo. 

Walaupun tempat tinggalnya jauh di dalam hutan di puncak bukit, saya yakin mereka bukan ingin mengasingkan diri. Keluarga besar Wae Rebo terlahir dengan sifat dermawan. Prinsip hidupnya adalah untuk berbagi bukan hanya diantara mereka sendiri, tapi juga dengan generasi sebelumnya dan generasi masa depan, bahkan dengan para tamu yang datang!

Namun anehnya, saya masih saja khawatir dengan listrik yang cuma ada pada malam hari, takut tidak bisa mengecas baterai kamera. Selain itu . . . Empat jam naik dan empat jam turun, itu bukan waktu yang sedikit untuk berjalan kaki dengan medan hutan berjurang-jurang, membawa turun hasil kebun lalu membawa naik berkilo-kilo beras, pakaian, solar dan kebutuhan lainnya. Lalu, tentang anak-anak yang sudah harus merantau keluar desa di usia sekolah dasar, hanya pulang saat akhir pekan atau bahkan menunggu hingga akhir semester. Bayangkan saja, rindu yang harus mereka tahan untuk sekedar bercerita pengalaman sekolah sehari-hari kepada ayah, ibu dan keluarga. 

Karena itu semua, saya berhasil untuk tidak merasa cemburu pada intimasi bumi dan manusia di tanah ini. Satu-satunya yang saya rasakan adalah kepuasan yang penuh syukur. Terima kasih, Wae Rebo, untuk pembelajaran hidup yang memanusiakan!

Saya akan mengulang perjalanan ini dengan total overland via darat dari Jakarta-Malang-Bali-Lombok-Labuan Bajo-Maumere dengan destinasi utama di Labuhan Bajo (Pulau Komodo, Rinca, Padar dan Kenawa)! Saya tidak berniat solo lagi! 😀 Jadi, bagi siapapun yang butuh teman perjalanan dalam rute tersebut pada akhir Januari hingga awal Februari 2016, saya akan dengan senang hati berbagi perjalanan #sepekanpulang_II ^^

Terima kasih banyak untuk yang sudah mengikuti rangkaian cerita sepekanpulang ini!

Project from @f.flaurndhia
Wait for more to come, or simply goes here

Editorial : @sadidae